Minggu, 20 Maret 2011

Sepak Bola Nasional dan APBD


Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia. Olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing sebelas orang ini pun paling populer dan sangat digemari di Indonesia. Tua muda, laki-laki maupun perempuan menyukai olahraga ini. Saat ini olahraga tersebut bukan hanya menjadi hiburan atau berolahraga semata tetapi saat ini sudah menjadi industri yang menggiurkan jika dikelola dengan baik. Misalnya di Eropa yang industri sepak bolanya maju pengelolaan mulai dari tiket, lapangan sampai kualitas pemain terkelola dengan baik. Di Indonesia sendiri industri sepak bola seperti jalan ditempat atau tidak ada kemajuan sama sekali. Masalah yang mendera sepak bola di Indonesia seperti tida ada habisnya. PSSI selaku induk olahraga sepak bola nasional tidak bisa membenahi semrawutnya masalah tersebut tetapi justru menjadi biang keladi dari masalah tersebut. Salah satu masalah tersebut adalah tidak bisanya PSSI mengelola aspek finansial. Sebagai contoh bisa kita lihat pada even Piala AFF 2010, dimana pendistribusian tiket tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat yang antusias ingin menyaksikan even tersebut walaupun harga sudah dinaikkan drastis tetapi meraka rela menginap untuk membeli tiket, bahkan banyak juga yang datang dari daerah untuk menyaksikan timnas bertanding. Tetapi kerja keras mereka untuk mengantri berujung pahit karena kurang baiknya pengelolaan tiket dan berujung dengan kerusuhan. Tak hanya di tim nasional, pengelolaan finansial juga terjadi diklub-klub sepak bola Indonesia. Klub-klub sepak bola Indonesia saat ini masih bergantung kepada dana APBD untuk pembiayaannya, padahal APBD sendiri digunakan untuk hal-hal yang lain untuk kesejahteran masyarakat seperti mengentaskan kemiskinan bukan untuk dihambur-hamburkan. Suporter Indonesia sendiri termasuk 10 suporter paling fanatik di dunia dimana hal itu dibuktikan dengan kepadatan rata-rata tinggi stadion di Indonesia bisa mencapai 96%. Dasar Indonesia adalah pendukung fanatik Persija, Persib, PSM dan Persebaya.

Fanatiknya suporter Indonesia tidak terlalu berpengaruh dengan keberhasilan klub bisa jadi fanatiknya suporter bisa menjadi bumerang bagi klub itu sendiri jika tidak bisa mengelola dengan baik. Klub yang memakai penuh dana APBD prestasinya justru buruk dan ini tentu sebuah ironi karena menggunakan uang rakyat. Selain itu hal ini dapat dijadikan oleh pihak-pihak tertentu untuk dijadikan ladang korupsi. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Eropa seperti Inggris bukan hanya sisi olahraganya saja yang ditampilkan tetapi entertainment dan kenyamanan di stadion. Penonton dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas mewah dan ini tak ubahnya menyaksikan film di bioskop. Selain itu kualitas pemain juga prioritas utama di negara ini sehingga Liga Inggris begitu diminati di seluruh dunia.

Ini yang tidak terjadi di Indonesia, fanatisme kedaerahan di Liga Indonesia masih sering muncul. Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan masih terlihat signifikan perbedaannya. Di Inggris baik anak-anak atau pun orang tua bisa nyaman berada di stadion menonton tim kesayangannya. Di Liga Indonesia masih banyak dari penonton yang tidak punya tiket tetapi masih bisa masuk ke dalam stadion, selain itu hanya beberapa stadion yang menerapkan penomoran di bangku-bangku stadionnya sehingga tiket yang dijual hanya beberapa persen saja dan tidak memberikan keuntungan yang berarti bagiklub itu sendiri.

0 comments: