Sabtu, 18 Desember 2010

N5M yang Inspiratif


Negeri 5 Menara atau disingkat N5M adalah novel karangan Ahmad Fuadi yang menceritakan tentang pengalamannya di Pondok Pesantren Pondok Madani (PM) Gontor, Ponorogo Jawa Timur. Menceritakan tokoh 6 sekawan yang disebut dengan Sahibul Menara Tokoh dalam Novel ini yaitu Alif Fikri Chaniago yang berasal dari desa terpencil di pinggir Danau Maninjau Sumatera Barat, Raja Lubis dari Medan, Baso Salahuddin seorang anak yang berasal dari Gowa Sulawesi Selatan , Atang dari Bandung, Dulmajid dari Sumenep Madura dan Said Jufri dari Surabaya.

Sinopsis :
Berawal ketika Alif yang baru lulus dari Madrasah Tsanawiah dan mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi salah satu nilai tertinggi di kotanya ingin melanjutkan ke sekolah SMA negeri favorit yang ada di Bukit Tinggi dan merupakan cita-citanya sebelum lulus. Tetapi ibunda Alif tidak menyetujui dia masuk sekolah umum dan menginginkan agar dia masuk sekolah agama. Alif tentu tidak setuju karena masuk SMA favorit adalah cita-citanya dari sebelum lulus, tapi ibunda Alif tetap menginginkan anaknya untuk masuk ke Pesantren di Jawa dan akhirnya Alif pun masuk ke Pesantren Gontor di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur walaupun perasaan hatinya tidak senang karena tidak diperbolehkan masuk sekolah SMA favoritnya. Tetapi ternyata Ponpes Gontor tidak seperti yang dia kira yaitu pesantren yang kotor dan tempat bagi anak yang memiliki kelakukan buruk. Ternyata semua itu tidak ada di Gontor, dia juga menemukan 5 teman sekawan. Mereka belajar, sekolah dan berasrama dari kelas 1 sampai 6. Karena mereka sangat akrab dan sama-sama mempunyai hobi yang sama yaitu duduk di bawah menara Masjid maka mereka menyebut persahabatan mereka dengan Sahibul Menara.

Menurut saya novel ini sangat membangun dan inspiratif sekali bagi yang membacanya. Salah satunya adalah kata-kata mutiara sebagai penyemangat santri seperti : “Man jadda Wajadda” yang berarti Barang siapa bersungguh pasti akan berhasil. Selain itu kata-kata mutiara yang menyentuh diantaranya ketika mereka akan mengikuti ujian akhir dan ujian sangat berat guru mereka memberikan motivasi yaitu : “Saajtahidu fauqa mustawa Al-akhar” : Aku akan berjuang diatas rata-rata yang dilakukan orang lain. Dan kata- kata mutiara lainnya yang sangat menyentuh dan sangan motimatif adalah :
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negrimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berleha-lehalah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih besi bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika di dakam hutan.
Imam Syafi’i

Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, akan bekerja sampai jauh malam

Membaca novel tersebut anda akan merasa terbawa bagaimana rasanya menuntut ilmu di pesantren. Merasakan bagaimana ketatnya peraturan yang tidak pandang bulu di Pondok Madani (PM) Gontor dan rasa kesetiakawanan yang ada pada 6 sekawan tersebut. Apalagi pidato penyemangat Kyai Rais yang begitu dihormati di Gontor. Bagian yang paling menarik (konflik) menurut saya yaitu ketika Baso menceritakan keadaan keluarganya dimana ia adalah seorang anak yatim piatu, dan ia diurus oleh neneknya. Dan ketika itu neneknya sakit oleh karena itu dia dilema apakah akan tetap di Gontor atau pulang kampung mengurusi nenenya dan menjadi guru agama di kampung halamannya. Dan iapun memutuskan untuk pulang kampung padahal ujian akhir tinggal beberapa bulan lagi. Akhirnya Sahibul menara kehilangan 1 teman yaitu seorang yang pandai menghafal Alquran dan pandai berbahasa Arab. Ending dari novel tersebut yaitu akhirnya Sahibul Menara bisa meraih mimpi-mimpinya sesuai yang dibayangkan ketika mereka membayangkannya di bawah menara tersebut.

0 comments: