Jumat, 31 Desember 2010

SEMANGAT MENYAMBUT TAHUN BARU 2011


2010 tinggal menghitung hari neh... Xpresia pasti sudah nggak sabar nunggu tahun baru tiba. Kangen ma terompet dan kembang api yaah. Xpresia pasti udah punya segudang planning khusus buat ngerayain tahun baruan. Ada yang bakar kembang api, bakar jagung, bakar ayam. Eits... tapi jangan bakar rumah yaa!!! Nggak sedikit juga orang yang ngerayain tahun baru dengan jalan-jalan bareng keluarga, temen atau juga ama pacar. Ada juga yang shopping ke mall, atau wisata alam. Macem-macem dech ..acaranya, yang penting seru.Biasanya kalau tahun baru kita jadi semangat lagi buat ngerencanain ke depannya mau gimana, iyaa kan Menurut gue, tahun baru adalah ajang perubahan ke suatu yang harus lebih baik. Yang paling penting apakah kualitas akademik, sosial, agama, karir, dan kehidupan kita bertambah baru atau tetap sama pada tahun yg lama. Ini adalah saat yang paling tepat buat interopeksi diri. Tahun baru 2009, buat gue adalah tahun baru yang sangat berkesan Gue bahagia banget, coz paginya Idul Adha jadi seluruh keluarga besar gue kumpul di rumah. Secara jarang banget kumpul bareng sekeluarga besar kayak gitu !
Biasanya kalo tahun baruan, gue ngumpul bareng keluarga di rumah. Terkadang bareng teman-temen yang pastinya seru abiis. Gue juga pernah punya pengalaman tahun baru ngerayainnya spesial banget. Coz pada waktu itu gue bukan ngerayain tahun baru, tapi malah bertanding di kota padang. Kalo tahun kemaren, gue ngerayain tahun baru dengan bakar- bakaran. Yaa.. bakar daging dan buat pempek panggang. Tapi sebelumnya, gue dan teman-teman, yasinan dulu tuh. Hal tersebut kami lakuin buat menyambut tahun baru dan introspeksi diri. Gue pun ngerasa moment tahun baru jadi lebih berarti. Sebenarnya gue nggak terlalu merencanakan ngerayain tahun baru, yaa.. dibiarin mengalir begitu aja. Biasanya sih, keluarga atau teman yang mengajak gue buat gabung diacara tahun baru. Walau banyak kontroversi tentang bagaimana cara buat ngerayain tahun baru. Bagi gue selama kegiatan itu memang diadakan dengan sewajarnya, yaa..gak masalah. Asal gak terlalu banyak menghamburkan uang dan gak menggangu ketenangan orang lain. Akan lebih bermakna lagi, kalo tahun baru diisi ma hal- hal yang bermanfaat, Ok !!

ANTARA SEPAK BOLA DAN POLITIK


Setelah sekian lama masyarakat pencinta sepak bola di tanah air tidak mendapatkan hiburan kemenangan dari Tim Kesebelasan Nasional Indonesia di tingkat Asia Tenggara (ASEAN), maka pada laga pertandingan AFF Suzuki Cup 2010 ini, kita mendapatkan suatu suguhan penampilan permainan dari Timnas Indonesia yang memukau.
Skuad Garuda mampu mengatasi dan memenangkan pertandingan demi pertandingan hingga mengantarkan Tim Merah putih untuk berlaga di Bukit Jalil National Stadium. Seketika dukungan spontanitas masyarakat mengalir sebagai bentuk apresiasi atas prestasi yang membawa nama baik keharuman bangsa yang bisa dibanggakan.
Suasana kehidupan batin masyarakat kita cukup mencekam dalam beberapa tahun ini, akibat hiruk-pikuknya politik (pemilu, pilpres, pemilukada), kasus-kasus korupsi, ancaman terorisme, kemudian bencana, yang bertubi-tubi silih berganti yang sampai sekarang enggan untuk reda serta suasana yang semakin meningkatnya harga kebutuhan dasar, biaya sekolah, transportasi dan lain-lain.
Apa yang dipersembahkan timnas sepak bola kita saat ini adalah hasil dari suatu proses kerja panjang secara kolektif dari organisasi yang bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), sang pelatih, pemain dan dukungan pemerintah, dunia usaha dan penonton pecinta sepak bola.
Unsur-unsur pendukung tersebut saling berkait, yang didasari dari suatu spirit untuk bersama-sama membangun timnas yang tangguh dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang dimiliki serta kepercayaan sepenuhnya secara proporsional.
Memberikan otoritas penuh kepada pelatih untuk menentukan pemilihan pemain dan strategi memenangkan pertandingan yang merupakan unsur yang sering mendapat intervensi dari pihak lain.
Demikian halnya dengan pihak pemerintah, dapat ikut merasakan dan mengapresiasikan bagaimana proses kelahiran sebuah timnas sepak bola yang solid, yang dapat dibanggakan, yang membutuhkan dukungan sinergi banyak unsur, terutama prasarana tempat latihan yang memadai, pembinaan, regenerasi pemain, kesejahteraan pemain dan sebagainya.
Pada laga final AFF inilah saatnya kita menjadikan simpul untuk mencairkan sekat-sekat sentimen aliran partai politik, etnis dan agama untuk saling merangkul, bergandengan tangan menyatukan energi untuk membangun solidaritas dan kepercayaan sesama anak bangsa untuk kemudian direfleksikan dalam praktik kehidupan berpolitik, berbangsa dan bermasyarakat.
Kita tegak bersama untuk membela kehormatan dan kedaulatan negara yang kita cintai. Kita sinergikan energi positif, kita apresiasi sewajarnya kepada putra-putra bangsa yang memiliki energi prestasi lebih yang diabadikan untuk bangsanya.
Saatnya, momentum dalam perebutan mahkota emas piala AFF menjadi sebuah renungan dan doa. Semoga pencapaian mahkota itu memberi hidayah untuk penyatuan energi bangsa Indonesia bersatu, menjaga martabat dan Garuda di sanubari kita semua. Garuda di dadaku, dan Garuda kebanggaanku.
Dukungan yang telah diberikan oleh masyarakat hendaknya dapat diapresiasi baik oleh penyelenggara (PSSI/AFF) sebagai suatu modal utama yang perlu dijaga dan dirawat kontinuitasnya untuk suatu perjalanan dan perjuangan jangka panjang yang tidak sebatas sampai pada tahap piala AFF 2010 saja.
Oleh karena itu, modal utama atau modal dasar ini hendaknya tidak dilihat sebagai peluang/kesempatan untuk meraup kelebihan guna menutupi biaya-biaya penyelenggaraan dan apapun itu alasan dan kebutuhan yang lain.
Imbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semestinya menjadi pertimbangan bagi PSSI untuk tidak menaikkan harga tiket pada leg kedua final, di mana akan bertemu Timnas Indonesia versus Timnas Malaysia 29 Desember 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno bagi masyarakat yang ingin datang menyaksikan langsung dari dekat.
Kata-kata presiden dapat ditafsirkan bahwa suasana batin, apresiasi masyarakat Indonesia yang jumlahnya sekian juta orang ingin menyaksikan pertandingan melalui layar kaca televisi sesungguhnya dapat diberi kompensasi dalam bentuk subsidi negara atau adanya prakarsa penyelenggara mengadakan fundrising/urunan dana dengan sejumlah pengusaha berskala besar di tanah air yang mungkin saja di antara mereka-mereka itu juga pencinta bola/pemerhati timnas dan sudah mengenakan kaus/simbol Garuda dan merah putih di dadanya.
Dalam membangun suatu siprit, kepercayaan dan kebersamaan tidak bisa dikalkulasi dan didekati secara hitungan matematis atau perhitungan dagang, oleh karena ada fase-fase tertentu kita merugi secara materil untuk pencapaian suatu target fase idealisme yang sekaligus bisa bernilai materil.
Dari sisi inilah diperlukan adanya kearifan dan integritas seorang figur pemimpin yang dapat menentukan pilihan yang berpihak kepada semangat perjuangan jangka panjang, yang tidak berpikir untuk kepentingan sesaat dan dirinya atau komunitasnya sendiri di saat seperti sekarang ini.
Mari bersama untuk mendukung tim nasional kita dengan kekuatan dan keunggulannnya, dengan kecepatan, umpan bola pendek satu langka, dari kaki ke kaki, sampai menjadi peluang tercetaknya gol. Siapapun yang kemudian melakukan penyelesaian akhir yang bagus, dan berhasil membuahkan peluang itu menjadi gol, maka kita ucapkan bravo timnas kita. Garuda di dada kita semua.

Selasa, 21 Desember 2010

Pentingnya E-Voting untuk Pemilu di Indonesia


E-Voting berasal dari kata electronic voting. Pengertian dari e-voting secara umum adalah penggunaan teknologi informasi pada pelaksanaan pemungutan suara. Pilihan teknologi yang digunakan dalam implementasi dari e-Voting sangat bervariasi, seperti penggunaan smart card untuk otentikasi pemilih yang bisa digabung dalam e-KTP, penggunaan internet sebagai system pemungutan suara atau pengiriman data, penggunaan touch screen sebagai pengganti kartu suara, dan masih banyak variasi teknologi yang bisa digunakan dewasa ini. Dalam perkembangan pemikiran dewasa ini penggunaan perangkat telepon selular untuk memberikan suara bisa menjadi pilihan karena sudah menggabungkan (konvergensi) perangkat komputer dan jaringan internet dalam satu perangkat tunggal.

Kondisi penerapan dan teknologi e-voting berubah terus seiring perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. Kendala-kendala e-voting yang pernah terjadi di berbagai negara yang pernah dan sedang menerapkannya menjadi penyempurnaan e-voting selanjutnya. Salah satu segi positif dari penerapan e-voting saat ini adalah makin murahnya perangkat keras yang digunakan dan makin terbukanya perangkat lunak yang digunakan sehingga biaya pelaksanaan e-voting makin murah dari waktu ke waktu dan untuk perangkat lunak makin terbuka untuk diaudit secara bersama. Salah satu konsep penerapan perangkat lunak adalah melalui Indonesia Goes Open Source (IGOS) dengan diperkenalkannya aplikasi e-Demokrasi pada tahun 2007.

Penggunaan di Indonesia

Penggunaan e-voting di Indonesia telah dilakukan dalam skala terbatas baik dalam lingkup organisasi, perusahaan maupun pemerintahan di skala paling kecil yaitu dusun atau desa.

Di Kabupaten Jembrana, Bali sejak pertengahan 2009 telah dilakukan puluhan kali pemilihan kepala dusun di desa-desa yang ada di kabupateng tersebut. Penggunaan e-voting di kabupaten Jembrana telah menghemat anggaran lebih dari 60 persen, seperti anggaran untuk kertas suara. E-voting ini juga diawali dengan penggunaan KTP (Kartu Tanda Penduduk) berbasis chip atau kemudian disebut juga e-KTP. Penggunaan e-KTP tersebut membuat pemilih tidak mungkin melakukan pemilihan lebih dari sekali. TPS (tempat pemungutan suara) juga bisa menampung hingga 1000 pemilih, sementara dengan sistem manual sekitar 500-700 pemilih saja per TPS yang layak.

Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan pada Selasa, 30 Maret 2010 bahwa penggunaan e-voting adalah konstitusional sepanjang tidak melanggar asas Pemilu yang luber dan jurdil[2] maka e-Voting bisa dilakukan pada skala lebih luas diantaranya Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pemilukada)Kabupaten Jembrana, Bali sudah menyatakan kesiapannya untuk menyelenggarakan pemilihan bupati Jembrana pada bulan Oktober 2010 dengan e-voting. Namun berbagai kesiapan masih perlu dilakukan baik dari KPU maupun Bawaslu (Badan Pengawas Pemilihan Umum) dari sisi kesiapan SDM dan pemahaman mengenai e-voting itu sendiri. Juga harus dibuat perubahan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah[3] sehingga paling cepat e-voting baru akan dilaksanakan di daerah lain pada tahun 2011.[4] Namun khusus kabupaten Jembrana, Bali diharapkan bisa dilaksanakan menggunakan Peraturan KPU yang bisa diselesaikan sebelum Pemilukada di Jembrana dilaksanakan.

Terkait dengan Pemilu Nasional, CETRO juga pernah mengusulkan Pemilu Elektronik di tahun 2014 nanti dan dilakukan persiapan sejak saat ini (Agustus 2009 ketika diusulkan) [5]. Keputusan MK tersebut memberi jalan untuk Pemilu Elektronik di tahun 2014 yang harus diawali dengan selesainya Single Identity Number (SIN) untuk seluruh penduduk Indonesia yang direncanakan selesai pada tahun 2011.

Beberapa negara sudah menerapkan E-voting dalam pemilihan umum mereka. Diantaranya India, Filipina dan Amerika Serikat. Indonesia pun mencoba belajar dari kesuksesan tersebut. Pemerintah India menganggarkan sekitar US$ 286 juta untuk pemilu dengan sistem E-voting. Adapun Filipina, dengan jumlah penduduk hanya 90 juta jiwa memerlukan sekitar 82 ribu mesin e-voting.

Besarnya biaya pemilu yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yang mencapai kisaran 1,8 trilyun dalam tahun anggaran 2008-2009, seperti dilansir oleh beberapa media telah mengusik banyak pihak. Berbagai organisasi atau lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah, berusaha untuk memberikan sumbang pikir guna dapat menyelesaikan masalah efisiensi/penghematan biaya Pemilu. Dalam kesempatan ini BPPT, sebagai agen teknologi pemerintah terpanggil untuk memberikan sumbang pikir melalui teknologi tepat guna yang dapat dikembangkan dan diterapkan pada pemilu 2014, yakni melalui teknologi e-voting.

E-Voting untuk Pemilu di Indonesia 2014

Teknologi e-voting lebih ditujukan untuk menunjukkan dan menjawab keakuratan, kecepatan, keterbukaan, efisiensi biaya, serta tututan paperless (green computing/election). Sehingga akan terjadi efisiensi diberbagai sektor yang bermuara pada penghematan anggaran.

Lain dari hal tersebut diatas, diharapkan pada tahun 2012 Indonesia sudah mengimplementasikan KTP elektronik dengan Nomor induk Tunggal dengan identifikasi Sidik jari, sebagaimana termaktub dalam undang-undang.
Sehingga penerapan e-voting dalam pemilihan presiden, legislatif maupun kepala daerah dapat dilaksanakan tanpa kendala karena infrstruktur dasarnya E-KTP sudah terimplementasikan.

Mendukung Asas Luber dan Jurdil (Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil)

Dalam kegiatan pemilihan suara, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh human error atau penyimpangan golongan masyarakat. Hal ini sering menimbulkan kontroversi karena kurangnya kepercayaan terhadap penyelenggara kegiatan tersebut. Oleh karena itu kegiatan voting membutuhkan prosedur pelaksanaan yang dapat menjamin kerahasiaan dan keabsahan dari hasil pelaksanaannya untuk menghindari terjadinya kontroversi.

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kegiatan pemilihan e-voting merupakan salah satu solusi untuk menghindari masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya konflik dalam kegiatan voting, sehingga diharapkan proses voting akan menjadi lebih baik.

Hadirnya inovasi dari sisi teknologi hardware yaitu electronic voting machine juga dapat memudahkan masyarakat (sang empunya hak pilih), bahkan yang memiliki keterbatasan buta huruf-pun dapat terlibat dalam pemungutan suara, melalui visualisasi dan mekanisme pemilihan yang mudah.

Bertukar pikiran dan pandangan dengan Masyarakat melalui : Lomba Rancang Bangun Pemanfaatan TIK untuk Pemilu”e-Voting”.
Kepedulian dan keseriusan BPPT, sebagai lembaga pemerintah dalam mendukung salah satu pilar demokrasi yang paling utama yakni Pemilu, telah mendorong lembaga ini untuk mengembangkan sistem e-voting.
Guna memperoleh masukan dari masyarakat, para akademisi, praktisi ataupun pelaku industri dan komunikasi di seluruh Indonesia, BPPT mengundang masyarakat luas untuk bertukar pikiran dan pandangan melalui lomba Rancang Bangun Pemanfaatan TIK untuk Pemilu ”e-voting”.

Melalui event ini diharapkan dapat digali potensi penerapan e-voting dalam upaya peningkatan kwalitas penguatan dan pemanfaatan IPTEK serta mendorong inovasi teknologi secara nasional, yang akan meningkatkan kemandirian bangsa.
Menyadari pentingnya masukan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam menyukseskan Pemilu 2014 (seperti tersebut diatas), maka bertepatan dengan Harteknas, BPPT mengundang masyarakat untuk mengikuti lomba Rancang Bangun TIK untuk Pemilu“e-Voting“ pada bulan Agustus 2010.

Perlunya sosialisasi


Melihat kenyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa program pemanfaatan dan penerapan e-voting merupakan program yang strategis, bukan hanya memiliki bobot pemberdayaan/penggunaan teknologi yang cukup tinggi, program ini juga dapat menjadi gerbong pengembangan inovasi anak-anak bangsa dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Lebih dari itu program ini juga bisa dijadikan sebagai momentum kebangkitan Teknologi Informasi dan Telekomunikasi anak bangsa, dan didasari dengan semangat kesatuan.

Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat luas sangat dibutuhkan. Dukungan media baik cetak, on line, radio terlebih televisi yang terintegrasi akan sangat membantu sampainya pesan ini ke masyarakat luas sebagai stake holder dan pemilik pesta Demokrasi (Pemilu).
Sumber : Wikipedia Indonesia
Google.com

Sabtu, 18 Desember 2010

Pendidikan dan Budaya Digital di Indonesia

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia (KBBI, 2005: 1158), dan salah satu teknologi yang saat ini booming adalah internet. Seperti yang kita tahu, internet adalah suatu jaringan komunikasi dan informasi global (Internet Sehat, 2009: 3). Menurut hemat penulis, internet adalah ilmu yang paling cepat perkembangannya, hanya butuh hitungan hari bahkan jam untuk menanti munculnya produk baru. Internet mempunyai banyak sisi positif maupun negatif untuk anak.

Segi positifnya, misalnya internet bisa mendidik anak dengan lebih murah dan mudah. Sekarang, banyak institusi pendidikan yang menggunakan internet untuk pembelajaran. Kita bisa menyebutkan satu-persatu. Misalnya, Depdiknas mengeluarkan kebijakan buku digital. Terlepas dari berbagai kontroversi, itu adalah langkah yang sangat bagus, sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Selain pemerintah, institusi-institusi swasta maupun LSM pun tampak memperhatikan masalah pendidikan digital (baca: e-learning) ini.

Institusi yang lain misalnya adalah komunitas internet-sehat (http://internetsehat.org). Itu adalah suatu komunitas yang mempunyai komitmen untuk menjalankan internet sehat dalam kehidupan mereka. Artinya mereka hanya akan mengakses konten internet yang berguna. Anggotanya terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat, mulai dari pemilik warnet sampai tokoh nasional. Salah satu kegiatan komunitas ini adalah mengampanyekan internet sehat untuk anak. Mereka menyampaikan kampanye itu dengan media yang unik, yakni menggunakan media komik anak dalam bentuk digital yang bisa diunduh bebas. Materinya sangat cocok dengan anak. Jelas, bagi anak, komik ini sangat berguna dalam memahami seperti apa berinternet yang baik.

Selain itu ada juga komunitas Terang. Mereka adalah sebuah komunitas peduli terumbu karang. Sama seperti komunitas internet sehat, mereka juga mengampanyekan penyelamatan terumbu karang lewat komik anak. Judul e-book itu adalah Bondan & Undul Menyelamatkan Terumbu Karang. E-book ini bercerita tentang Bondan seorang anak lelaki yang diajak oleh Undul, seekor ikan, menjelajahi samudera. Namun, di kedalaman samudera Bondan dan Undul malah harus menghadapi manusia-manusia perusak terumbu karang. Akhirnya, dengan akal Bondan dan Undul dengan dibantu teman-teman ikan lain, mereka berhasil mengamankan terumbu karang. E-book ini disajikan dengan bahasa yang sederhana khas anak. Bagi anak-anak, jelas e-book ini adalah suatu pembelajaran yang menarik bahwa menjaga terumbu karang itu penting. Kesimpulannya, manfaat teknologi, terutama internet, adalah sangat banyak. Asal syaratnya internet itu bisa dimanfaatkan dengan baik.
Sumber : google.com

N5M yang Inspiratif


Negeri 5 Menara atau disingkat N5M adalah novel karangan Ahmad Fuadi yang menceritakan tentang pengalamannya di Pondok Pesantren Pondok Madani (PM) Gontor, Ponorogo Jawa Timur. Menceritakan tokoh 6 sekawan yang disebut dengan Sahibul Menara Tokoh dalam Novel ini yaitu Alif Fikri Chaniago yang berasal dari desa terpencil di pinggir Danau Maninjau Sumatera Barat, Raja Lubis dari Medan, Baso Salahuddin seorang anak yang berasal dari Gowa Sulawesi Selatan , Atang dari Bandung, Dulmajid dari Sumenep Madura dan Said Jufri dari Surabaya.

Sinopsis :
Berawal ketika Alif yang baru lulus dari Madrasah Tsanawiah dan mendapatkan nilai yang bagus dan menjadi salah satu nilai tertinggi di kotanya ingin melanjutkan ke sekolah SMA negeri favorit yang ada di Bukit Tinggi dan merupakan cita-citanya sebelum lulus. Tetapi ibunda Alif tidak menyetujui dia masuk sekolah umum dan menginginkan agar dia masuk sekolah agama. Alif tentu tidak setuju karena masuk SMA favorit adalah cita-citanya dari sebelum lulus, tapi ibunda Alif tetap menginginkan anaknya untuk masuk ke Pesantren di Jawa dan akhirnya Alif pun masuk ke Pesantren Gontor di Pondok Madani (PM) Ponorogo Jawa Timur walaupun perasaan hatinya tidak senang karena tidak diperbolehkan masuk sekolah SMA favoritnya. Tetapi ternyata Ponpes Gontor tidak seperti yang dia kira yaitu pesantren yang kotor dan tempat bagi anak yang memiliki kelakukan buruk. Ternyata semua itu tidak ada di Gontor, dia juga menemukan 5 teman sekawan. Mereka belajar, sekolah dan berasrama dari kelas 1 sampai 6. Karena mereka sangat akrab dan sama-sama mempunyai hobi yang sama yaitu duduk di bawah menara Masjid maka mereka menyebut persahabatan mereka dengan Sahibul Menara.

Menurut saya novel ini sangat membangun dan inspiratif sekali bagi yang membacanya. Salah satunya adalah kata-kata mutiara sebagai penyemangat santri seperti : “Man jadda Wajadda” yang berarti Barang siapa bersungguh pasti akan berhasil. Selain itu kata-kata mutiara yang menyentuh diantaranya ketika mereka akan mengikuti ujian akhir dan ujian sangat berat guru mereka memberikan motivasi yaitu : “Saajtahidu fauqa mustawa Al-akhar” : Aku akan berjuang diatas rata-rata yang dilakukan orang lain. Dan kata- kata mutiara lainnya yang sangat menyentuh dan sangan motimatif adalah :
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negrimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berleha-lehalah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih besi bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika di dakam hutan.
Imam Syafi’i

Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, akan bekerja sampai jauh malam

Membaca novel tersebut anda akan merasa terbawa bagaimana rasanya menuntut ilmu di pesantren. Merasakan bagaimana ketatnya peraturan yang tidak pandang bulu di Pondok Madani (PM) Gontor dan rasa kesetiakawanan yang ada pada 6 sekawan tersebut. Apalagi pidato penyemangat Kyai Rais yang begitu dihormati di Gontor. Bagian yang paling menarik (konflik) menurut saya yaitu ketika Baso menceritakan keadaan keluarganya dimana ia adalah seorang anak yatim piatu, dan ia diurus oleh neneknya. Dan ketika itu neneknya sakit oleh karena itu dia dilema apakah akan tetap di Gontor atau pulang kampung mengurusi nenenya dan menjadi guru agama di kampung halamannya. Dan iapun memutuskan untuk pulang kampung padahal ujian akhir tinggal beberapa bulan lagi. Akhirnya Sahibul menara kehilangan 1 teman yaitu seorang yang pandai menghafal Alquran dan pandai berbahasa Arab. Ending dari novel tersebut yaitu akhirnya Sahibul Menara bisa meraih mimpi-mimpinya sesuai yang dibayangkan ketika mereka membayangkannya di bawah menara tersebut.

Trend teknologi jaringan dan telekomunikasi

Perusahaan di masa lalu menggunakan dua jenis jaringan yang berbeda : jaringan telepon dan jaringan komputer. Jaringan telepon menangani komunikasi suara, dan jaringan komputer menangani lalu lintas data. Jaringan telepon dibangun oleh perusahaan telepon sepanjang abad ke-20 menggunakan teknologi transmisi suara (peranti keras dan peranti lunak), dan perusahaan-perusahaan ini hampir selalu bertindak sebagai monopoli yang diregulasikan diseluruh dunia. Jaringan komputer semula dibangun oleh perusahaan-perusahaan komputer yang berusaha mengirimkan data ke dan dari computer-komputer di lokasi yang berbeda.
Berkat deregulasi telekomunikasi dan inovasi teknologi informasi terus-menerus, jaringan telepon dan komputer perlahan-lahan bersatu menjadi sebuah jaringan digital menggunakan standar dan perangkat berbasis internet.
Penyedia layanan telekomunikasi, seperti AT&T dan Verizon, hari ini menawarkan transmisi data, akses internet, layanan telepon nirkabel, dan pemrograman televisi sama seperti layanan suara. Perusahaan kabel, seperti Cablevision dan Comcast, sekarang menawarkan layanan suara dan akses internet. Jaringan komputer telah berkembang dan mencangkup telepon internet, dan layanan video yang terbatas. Sekarang semua komunikasi suara, video, dan data ini semakin didasarkan pada teknologi internet.
Baik jaringan komunikasi suara maupun data telah menjadi lebih kuat (cepat), lebih mudah dibawa (lebih kecildan mobile), dan lebih murah. Sebagai contoh, kecepatan koneksi internet publiknya ditahun 2000 adalah 56 kilobit per detik (Kbps), tetapi hari ini lebih dari 60 persen pengguna internet di AS memiliki koneksi broadband berkecepatan tinggi yang disediakan oleh perusahaan telepon dan TV kabel yang berjalan pada kecepatan satu juta bit per detik. Biaya untuk layanan ini jatuh secara eksponensial, dari 25 sen di tahun 2000 menjadi kurang dari 1 sen sekarang ini.
Komunikasi suara dan data, sama seperti akses internet, semakin banyak berlangsung di platform broadband nirkabel, seperti telepon seluler, perangkat genggam digital, dan PC dalam jaringan-jaringan nirkabel (eMarketer, 2005a). faktanya, akses broadbandnirkabel adalah bentuk akses internet yang paling cepat bertumbuh, dengan kecepatan pertumbuhan 28 persen pertahun.
Teknologi Telekomunikasi
Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi telekomunikasi ini semakin ke arah teknologi wireless (tanpa kabel). Ada beberapa indikasi yang dapat dilihat pada proses perkembangan teknologi wireless. Indikasi tersebut adalah: beralihnya ke teknologi digital, semakin besar kapasitas, semakin sederhana perangkatnya, perluasan daya jangkau, keamanan dan privacy lebih baik, personalitas dan penambahan fasilitas yang lain.
Arah perkembangan teknologi wireless, semuanya menuju ke teknologi FPLMTS (Future Public Land Mobile Telecommunications System). Teknologi tersebut dapat didekati dari teknologi cordless, cellular maupun satelit. Evolusi teknologi telekomunikasi saat ini mempunyai kecenderungan untuk beralih via radio, optik atau satelit.
TREN TEKNOLOGI JARINGAN, ciri-cirinya:
• Kapasitas besar
• Error dan delay kecil
• Berbagai layanan yg dibutuhkan
• Multivendor service
• Fleksibel sesuai kebutuhan pelanggan
• Biaya investasi murah
• Pengoperasian mudah
• Biaya operasional murah


Trend Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Masa Depan
Teknologi jaringan komunikasi generasi atau yang biasa disebut dengan 3G,pada ponsel-ponsel saat ini menyediakan kemudahan mobilitas tanpa kabel (nirkabel) tanpa batas yang belum pernah ada sebelumnya, dengan kemampuan koneksi internet berkecepatan tinggi (setara dengan broadband internet seperti DSL, Cable Modem maupun Leased Line), Video Streaming dan Video Conferensi memberikan kemudahan untuk segala kepentingan kita semua secara cepat dimanapun kita berada.
Secara umum perkembangan teknologi telekomunikasi terbagi menjadi beberapa generasi, antara lain :
1. 1G (1979-1992), teknologi wireless.
2. 2G, menggunakan teknologi wireless yang ada, yang sebagian besar mengakomodasi teks.
3. 2.5G, teknologi sementara dan mengakomodasi grafik.
4. 3G (2001-2005), teknologi generasi ketiga mendukung kemampuan koneksi internet berkecepatan tinggi, Video Streaming dan Video Conferensi.
5. 4G (2006-2010), akan menyediakan teknologi multimedia yang lebih cepat dengan menggabungkan teknologi komunikasi suara (voice), akses internet (data), dan layanan video atau televisi melalui satu saluran.

sumber : google.com

PELUANG INDONESIA DALAM TEKNOLOGI NIRKABEL (WIRELESS)

1. Sistem Komunikasi Radio

Sistem komunikasi sudah merambah berbagai aspek kehidupan manusia seperti memanfaatkan gelombang elektromagnetik alias radio sebagai pembawa informasi, memanfaatkan gelombang akustik, memanfaatkan gelombang cahaya alias mata manusia untuk melihat isyarat asap dll, tergantung kepada manusia penggunanya, beberapa di antara teknologi yang berbasis radio bisa berdampak negatif, seperti orang menelepon sambil menyetir mobil, menyusuri internet sampai lupa waktu, dan menonton program TV yang kurang mendidik. Namun dampak positif sistem komunikasi radio, jika mau dirinci satu per satu, jauh lebih banyak dan lebih besar. Cerita bermula ketika manusia mencoba memahami perilaku gelombang elektromagnetik di berbagai medium,yang tergambar dari persamaan-persamaan Maxwell2. Radiasi gelombang elektromagnetik yang dipadu dengan proses modulasi memungkinkan manusia menumpangkan sinyal informasi suara, gambar, video, dan data – yang telah dikonversi menjadi sinyal listrik – pada gelombang elektromagnetik yang merambat melalui berbagai medium. Jadilah sistem komunikasi radio.

Sistem komunikasi radio menjadi salah satu indicator kemajuan peradaban manusia. Seratus tahun yang lalu hanya gelombang elektromagnetik dari sumber alami saja yang terlepas dari muka bumi ke angkasa raya. Namun sejak didirikannya stasiun pemancar TV yang pertama, sinyal radio berkekuatan tinggi buatan manusia merambah masuk ke alam semesta. Kemunculan stasiun pemancar radio, jaringan seluler, dan lain-lain ikut menambah tingkat pancaran radio dari bumi ke angkasa luar. Sepuluh tahun dari sekarang, seekor mahluk ekstra-terestrial di tata surya lain yang berjarak 10 tahun-cahaya dari bumi akan dapat menerima sinyal siaran TV yang disiarkan hari ini dan menarik kesimpulan seperti apa masyarakat manusia saat ini (Sagan,1991). Sistem komunikasi radio terus berkembang dengan
munculnya kemampuan manusia melakukan digitalisasi sinyal dan sistem. Tahapan ini memungkinkan orang menyampaikan pesan multimedia kepada para rekannya dengan kapasitas, kualitas, dan keandalan tinggi sambil bergerak. Famili teknologi yang berlabel sistem komunikasi nirkabel pita lebar (broadband wireless communications) inilah yang menjadi
titik api orasi ini.

2. Model Sistem Komunikasi Digital

Seperti diajarkan dalam berbagai buku teks – missal Proakis (2001) – suatu sistem komunikasi digital tersusun atas tiga komponen utama, yaitu perangkat pemancar, kanal komunikasi, dan perangkat penerima, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Misalkan terdapat deretan informasi digital {Ik} yang bisa berasal dari data digital atau sinyal suara atau video yang telah dijadikan digital. Pemancar berfungsi mengubah deretan informasi digital {Ik} menjadi bentuk sinyal x(t) yang dapat dikirimkan melalui kanal, sedangkan penerima mengupayakan diperolehnya estimasi informasi asli {Ik’}

berdasarkan sinyal y(t) yang diterimanya dari kanal. Selama perambatan melalui kanal, sinyal yang membawa informasi mengalami gangguan berupa noise, fading, dan pelebaran
pulsa. Jika sinyal yang dihasilkan pemancar adalah x(t) sebagai fungsi waktu t, kanal memiliki karakteristik respon impuls h(t) dan memberikan noise sebesar n(t), maka sinyal yang sampai pada penerima adalah:
y(t) = h(t) * x(t ) + n(t) (1)

3. Desain Sistem Komunikasi Berdasarkan Karakteristik
Kanal pada Ranah Waktu, Frekuensi, dan Ruang

Variasi kanal terjadi pada tiga matra, yaitu waktu, frekuensi, dan ruang. Variasi terhadap waktu terjadi karena pemancar dan/atau penerima yang bergerak atau karena kondisi lingkungan yang berubah terhadap waktu. Variasi pada ranah frekuensi terjadi terutama karena efek penjumlahan vektor dari lintasan-lintasan propagasi. Jika lintasan-lintasan ini mengakibatkan pergeseran fase yang sama maka hasil jumlahannya akan saling menguatkan. Sebaliknya, fase yang berlawanan mengakibatkan penjumlahan yang saling memperlemah. Variasi dalam dimensi ruang terjadi karena efek penjumlahan lintasan jamak bergantung kepada geseran
fase setiap lintasan, serta kondisi lingkungan yang berbedabeda pada setiap posisi antena pemancar atau penerima. Sebenarnya suatu kanal dianggap bervariasi cepat atau lambat tidak bisa hanya dilihat berdasarkan laju variasi absolut dari respon kanal tersebut, tapi harus dipandang dari laju variasi relatif terhadap laju informasi yang dikirim melaluinya (Proakis, 2001). Dengan demikian, manusia bias memilih akan menggunakan sistem pita sempit atau lebar dengan mengatur lebar pita atau laju transmisi sinyal yang dikirimkan. Secara umum, jika informasi mengenai karakteristik kanal diketahui, suatu sistem komunikasi digital dapat dirancang untuk bekerja optimum menurut berbagai kriteria, antara lain:

- Kualitas sinyal dan/atau efisiensi daya,
- Keandalan atau ketersediaan,
- Kapasitas atau efisiensi spektrum,
- Kompleksitas.


Sebagai contoh, respon kanal yang tidak seragam terhadap sinyal yang berfrekuensi beda menyebabkan timbulnya efek interferensi antara pulsa atau simbol yang dikirimkan berderetan. Hal ini bisa terjadi pada system komunikasi radio jika gelombang radio merambat dari pemancar ke penerima melalui lintasan yang berbeda – misal, lintasan langsung dan lintasan pantul pada kondisi LOS (lineof- sight, kondisi di mana lintasan propagasi radio antara antena pemancar dan penerima tidak terhalang yang menyebabkan diterimanya lebih dari satu duplikat pulsa yang sama pada penerima dalam waktu yang berbeda. Akibatnya terjadi tumpang tindih antar simbol yang berurutan. Obatnya adalah teknik ekualisasi yang berfungsi
mengkompensasi efek pertindihan antar simbol atau menyeragamkan respon frekuensi kanal (Proakis, 2001). Demikian kita kenal pula obat-obat lain untuk berbagai permasalahan di bidang sistem komunikasi digital. Pengkodean digunakan untuk memberi tameng bagi pulsapulsa terhadap serangan sinyal asing (derau dan interferensi) selama perjalanannya menuju ke penerima. Jika kondisi kanal berubah-ubah, teknik adaptasi dapat diterapkan pada daya, jenis modulasi, dan pengkodean. Apabila diinginkan komunikasi berbarengan sehingga sinyalnya saling bertindihan pada frekuensi yang sama, digunakan prinsip pelebaran spektrum (spread spectrum) dipadu dengan deteksi pengguna jamak (multi-user detection). Jika diinginkan komunikasi pita lebar hemat spektrum dengan ekualisasi sederhana bias digunakan teknik OFDM (orthogonal frequency division multplexing). Bagi yang kurang puas dengan kualitas dan
kapasitas, sistem multi antena MIMO (multi-input multioutput) dapat diterapkan, baik untuk peningkatan kapasitas
dengan multipleks dalam matra ruang maupun peningkatan kualitas dengan pengkodean pada dimensi ruang-waktu. Contoh sistem komunikasi paling sederhana adalah komunikasi melalui saluran transmisi seperti kabel telepon, kabel koaksial, atau waveguide, yang masing-masing
merupakan medium transmisi yang ”terkendali” dan tidak berubah terhadap waktu. Sekali respon medium terhadap sinyal dengan frekuensi tertentu diketahui, maka langsung dapat ditetapkan metode transmisi terbaik (dalam criteria apa pun) yang dapat dipergunakan selama komunikasi berlangsung. Hal ini yang terjadi pada sistem DSL (digital subscriber line) dan TV kabel. Sebaliknya kanal radio dengan lintasan jamak, di mana baik posisi pemancar, penerima, maupun obyek pemantul dan penghambur di sekitarnya dapat berubah, menuntut adanya adaptasi sistem komunikasi untuk mengejar perubahan kanal. Adaptasi dapat terjadi pada daya pancar, tingkat modulasi, laju pengkodean, atau pada proses ekualisasi digital pada penerima. Teknik adaptasi diterapkan pada sistem telepon seluler atau siaran televisi digital, khususnya ketika si pelanggan seluler atau si penonton TV digital sedang bergerak.


Hal yang serupa dapat terjadi pada sistem komunikasi pada frekuensi sangat tinggi, di atas 10 GHz, terutama jika terjadi hujan pada saat komunikasi berlangsung. Pada pita frekuensi ini tersedia spektrum yang sangat lebar dan berpotensi untuk dimanfaatkan bagi akses nirkabel
berkapasitas tinggi. Tetapi, mengapa manusia menciptakan kata ”tetapi”? Karena tetapi bisa terjadi setiap saat (Darma, 2007). Dalam hal ini, pada segmen frekuensi di atas 10 GHz
panjang gelombang bernilai kurang dari 3 cm, sehingga titiktitik hujan yang berdiameter maksimum sekitar 6 mm mulai menyebabkan efek penghamburan. Akibatnya daya yang
diteruskan dan sampai pada penerima menjadi berkurang dan terjadilah fenomena redaman hujan (Brussaard dan Watson, 1995).

4. Relevansi
Sejak generasi kedua, sistem komunikasi telepon bergerak telah memasuki era digital. Kualitas penerimaan yang lebih baik dan kapasitas yang lebih tinggi adalah kelebihan utama dibanding generasi pertama yang masih berbasis modulasi analog. Pada generasi kedua, muncul dua kubu besar teknologi yang bersaing di arena global. Teknologi TDMA (time division multiple access) yang diusung oleh negara-negara Eropa melalui standar GSM, dengan Ericsson
sebagai penggerak utama, bersaing dengan CDMA (code division multiple access) yang dicetuskan oleh Qualcomm dari Amerika Serikat yang kemudian dikenal melalui standar IS-95
dan beberapa variannya. Kapasitas yang semakin besar dicapai oleh sistem komunikasi bergerak generasi ketiga. Pada generasi ketiga ini, komunikasi data dan video sudah dapat
dilaksanakan, minimal bagi yang sudah puas melihat gambar bergerak berukuran layar ponsel atau PDA. Sedangkan manusia tidak pernah merasa puas. Akses LAN nirkabel memiliki riwayatnya sendiri. Kelahiran keluarga standar IEEE 802.11 memberi jalan bagi akses nirkabel kecepatan tinggi ke jaringan LAN. Pihak industri merespon hasil kerja keras komite standarisasi IEEE ini dengan menetapkan WiFi yang berbasis pada IEEE 802.11 untuk memungkinkan realisasi sistem ini oleh industry telekomunikasi. Dengan membidik target aplikasi berupa
terminal komputer atau laptop, sistem ini mampu mencapai kecepatan sekian puluh Mbps. Cerita serupa terjadi pada IEEE 802.16 yang setelah mengalami amandemen beberapa kali mampu melahirkan teknologi akses nirkabel kecepatan tinggi, baik untuk aplikasi point-to-point ataupun point-tomultipoint, dengan fleksibilitas segmentasi kanal frekuensi pada pita 2-11 GHz3. Dalam hal ini industri merespon dengan formulasi WiMAX untuk memungkinkan implementasinya oleh industri perangkat telekomunikasi. Saat ini terjadi perkembangan menuju peningkatan mobilitas dan penerapan komunikasi kooperatif Teknologi lainnya yang sedang berkembang di dunia saat ini, dan baru mulai disemai di Indonesia, adalah system siaran TV digital (Budiarto dkk, 2007). Kalau pada sistem TV analog yang sekarang ini kita nikmati sebuah kanal RF hanya ditempati oleh satu sinyal program siaran TV, maka pada sistem digital setiap kanal RF dapat digunakan bersama secara multipleks oleh beberapa program siaran. Di samping itu, teknik modulasi digital disertai pengolahan sinyal yang canggih memungkinkan sistem TV digital lebih tahan terhadap gangguan derau, distorsi oleh kanal (Gambar 4), maupun efek interferensi. Akibatnya kualitas gambar yang dihasilkan juga lebih baik dibandingkan sistem analog (Wu, 2000). Di samping itu, teknologi digital memungkinkan jaringan pemancar TV yang bekerja pada frekuensi yang sama (single frequency network, SFN) untuk meningkatkan cakupan dan kualitas sinyal (Ladebusch dan Liss, 2006). Gambar 5 membandingkan prosentase cakupan SFN dan jaringan

pemancar multi frekuensi (multiple frequency network, MFN) pada sistem TV digital DVB-T dengan tiga pemancar yang membentuk segitiga bersisi 24 km menurut estimasi berdasarkan hasil pengukuran di Jakarta oleh tim BPPT, ITS, dan Alphatron (Budiarto, 2007). Daerah berwarna putih di sekitar pusat segitiga wilayah cakupan MFN adalah daerah yang memiliki tingkat cakupan kurang dari 70%, nilai acuan minimum untuk cakupan DVB-T yang dianjurkan oleh Ladebusch dan Liss (2006).

5. Peluang Masa Depan
Masih banyak hal yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan sistem komunikasi nirkabel pita lebar. Impian yang hendak diwujudkan adalah kondisi di mana setiap orang dengan perangkat komunikasinya sendiri, entah berupa ponsel, PDA, laptop, atau desktop, dapat memperoleh layanan multimedia yang diinginkannya tanpa perlu repot mengurusi ketersediaan jaringan radio di tempat ia berada. Dengan demikian beberapa masalah masih perlu dicari
solusinya:
• Bagaimana memperbesar kapasitas kanal yang ada.
• Bagaimana menyediakan lebih banyak alternatif

frekuensi gelombang pembawa bagi sistem ini.
• Bagaimana sistem yang berbeda-beda dapat saling bekerja bersama sehingga terbentuk anjungan layanan yang tak terputus di antara pasangan pelanggan mana pun.
• Bagaimana dapat dibuat perangkat keras dan lunak yang memungkinkan alat komunikasi bekerja berdasarkan sistem mana pun yang tersedia di suatu tempat. Dengan sekian banyak permasalahan, jelas terbuka lebar peluang bagi periset teknologi nirkabel di Indonesia. Di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan yang terbuka. Teknologi multi-antena MIMO merupakan salah satu proposal solusi dalam meningkatkan kinerja sistem nirkabel. Dalam hal ini penerapannya ditujukan untuk meningkatkan kualitas atau kapasitas secara kompromi. Tingkat diversitas mengindikasikan peningkatan kualitas sinyal, sedangkan tingkat multipleks menentukan kapasitas sistem. Pemanfaatan diversitas pada ranah ruang dicapai dengan menerapkan pengkodean ruang-waktu (space-time coding atau STC) yang dirintis oleh Alamouti (1998) dan Tarokh dkk (1998 dan 1999). Sementara upaya peningkatan kapasitas dengan multipleks spasial berawal dari sistem BLAST (Bell Labs Space-Time Processing) (Foschini dkk, 1999). Kedua teknik ini mencapai hasil maksimal pada kondisi lingkungan yang memiliki banyak penghambur gelombang sehingga menyebabkan korelasi yang rendah antara sinyal-sinyal yang diterima oleh elemen antenna yang berbeda pada penerima. Kondisi ini biasanya terpenuhi pada sistem komunikasi di dalam ruang (Hendrantoro dkk, 2007a). Sedangkan untuk operasi di luar gedung dapat diterapkan sistem MIMO terdistribusi, di mana sebuah terminal pelanggan multi-antena berkomunikasi secara simultan dengan lebih dari satu stasiun, masing-masing juga memiliki antena jamak (Puspitorini dkk, 2006, Gunantara dkk,
2006, Kuswidiastuti dkk, 2008). Di kawasan ini masih terbuka peluang cukup lebar untuk partisipasi para periset Indonesia. Sisi lain dari sistem multi-antena MIMO adalah
pemanfaatannya dalam teknologi radar dikombinasi dengan pengkodean bentuk gelombang untuk meningkatkan akurasi radar dalam mendeteksi obyek (Li dkk, 2006).

Dalam rangka memperbanyak opsi frekuensi gelombang radio pembawa, perlu dijajagi peluang
pemanfaatan gelombang milimeter, khususnya pada segmen frekuensi 20-40 GHz. Akses nirkabel terestrial pada segmen frekuensi tersebut sudah cukup matang dikembangkan di benua Eropa (Nordbotten, 2000, Panagopoulos dkk, 2007) dan Amerika Utara (Hendrantoro dkk, 2002, Falconer dan Decruyenaere, 2003). Pada kedua wilayah ini, curah hujan tidaklah sebesar di daerah tropis seperti Indonesia. Penerapan teknik diversitas, di mana suatu terminal pelanggan dilayani oleh stasiun yang memberikan sinyal terbaik, sudah cukup mampu menghasilkan kualitas layanan yang baik (Hendrantoro dkk, 2002). Persamaan (3) menggambarkan betapa besarkecilnya redaman dipengaruhi oleh curah hujan sepanjang
lintasan radio. Sebagai contoh, di Surabaya pernah tercatat curah hujan sesaat sampai setinggi 300 mm/jam (Muriani dkk, 2007) dan redaman sebesar 80 dB pada lintasan radio 30 GHz sepanjang 5,7 km (Salehudin dkk, 1999). Logikanya, jika dapat dirancang suatu sistem nirkabel gelombang millimeter yang tahan terhadap kondisi tersebut di atas, maka sistem ini akan dapat dimanfaatkan di wilayah tropis sepanjang sabuk khatulistiwa yang kebanyakan dihuni oleh negara-negara berkembang. Untuk menuju ke sana diperlukan pemodelan redaman hujan yang akurat sebagai alat uji sistem yang direncanakan (Hendrantoro dkk, 2006), termasuk pula metode estimasi hamburan daya yang memperhitungkan keacakan dimensi dan posisi titik hujan yang realistis (Setijadi dkk, 2008). Desain sistem perlu melibatkan teknologi adaptasi
pada lapisan fisik (Indrabayu dkk, 2005, Suwadi dkk, 2008) atau optimasi lintas-jaringan (Endroyono dkk, 2008a dan 2008b). Kemudian dalam rangka menyediakan akses layanan komunikasi multimedia di daerah yang tidak memiliki infrastruktur (daerah baru atau daerah yang tertimpa bencana) dapat diimplementasikan jaringan komunikasi nirkabel ad-hoc. Terminal-terminal pengguna dapat bekerja sama membentuk suatu jaringan relay sedemikian hingga dapat terjadi komunikasi antar terminal yang berjauhan atau sampai mencapai stasiun yang terhubung ke infrastruktur jaringan (Scaglione dkk, 2006, ). Beberapa isu seperti sistem
modulasi, penentuan rute relay, dan sebagainya dipecahkan dengan memasang target kinerja seperti pemampatan waktu tunda dan penghematan daya. Sistem komunikasi kooperatif
ini, misalnya, dapat diterapkan pada WiMAX untuk menjangkau daerah-daerah yang belum memiliki infrastruktur jaringan kabel dan menyediakan akses nirkabel pita lebar di daerah-daerah tersebut. Akhirnya, keberadaan berbagai sistem komunikasi radio, seperti jaringan telepon seluler, akses LAN nirkabel, dan sistem nirkabel pita lebar, memerlukan adanya unifikasi sedemikian hingga setiap orang bisa berkomunikasi di mana pun dia berada dengan perangkat apa pun yang dibawanya. Konsep system nirkabel generasi keempat atau 4G adalah seperti itu. Berbagai permasalahan masih menunggu solusi tuntas dalam rangka pembentukan sistem 4G ini, misalkan metode pensinyalan untuk pengiriman informasi multimedia lintas sistem (Fu dkk, 2006). Masih banyak peluang-peluang yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai celah kontribusi bagi para periset kita. Contohnya, pengembangan perangkat radio dengan blok fungsional yang dapat didefinisikan dengan perangkat lunak (software-defined radio) (Mitola dan Zvonar, 2000), pengembangan jaringan sensor nirkabel (wireless sensor network), pemanfaatan gelombang HF untuk jaringan ad-hoc, beserta berbagai aplikasinya masing-masing. Yang diperlukan untuk mewujudkan kontribusi yang signifikan adalah program yang terpadu dan terencana baik, dengan melibatkan elemenelemen perguruan tinggi, institusi penelitian, industri, dan pemerintah, dibarengi dengan kerja keras dan sikap saling menghargai dan mendukung di antara para peneliti dan industri.




6. Memanfaatkan Peluang Lewat Pendidikan Berbasis
Lab
Karena gelar yang dipercayakan kepada saya adalah guru besar, dan bukan peneliti besar, maka ijinkan saya sedikit masuk ke dalam bidang pendidikan. Dalam rangka pencapaian hasil riset yang maksimal, permasalahan yang umum terjadi di pendidikan tinggi adalah kurang serasinya kegiatan-kegiatan Tri Dharma. Pengajaran menyita waktu dan tenaga sangat banyak sehingga dosen tidak sempat meneliti. Penelitian dilakukan sendiri oleh dosen tanpa melibatkan
mahasiswa sehingga kurang bermanfaat bagi proses belajar mengajar. Belum lagi tuntutan bagi lembaga pendidikan tinggi untuk lebih berbicara di kancah nasional dan internasional, padahal riset yang dilakukan lebih bersifat sporadis tanpa program yang berkelanjutan. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana mau berkiprah di arena internasional di bidang teknologi nirkabel? Intisari dari pendidikan berbasis laboratorium (PBL) yang diusulkan sebagai solusi permasalahan di atas adalah bahwa mahasiswa belajar melalui riset di lab. Mahasiswa S2 dan S3 langsung terlibat dalam aktivitas riset pembimbingnya sejak semester pertama. Sedangkan mahasiswa S1 yang semester ini mengerjakan tugas akhir boleh memulai aktivitasnya di lab pada semester sebelumnya. PBL memberikan riset yang lebih berarti dan terencana bagi mahasiswa, menyediakan tenaga pelaksana penelitian yang cukup bagi dosen, dan memungkinkan tercapainya hasil riset yang komprehensif, sambil memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmunya melalui penelitian (Hendrantoro, 2007b). Penerapan PBL dimulai dengan pendefinisian pohon penelitian dan program kerja jangka panjang dan tahunan pada setiap lab atau kelompok riset. Yang dimaksud kelompok riset di sini bisa berupa gabungan beberapa lab, atau grup yang dibentuk sesama kolega dosen yang memiliki bidang
minat yang sama. Kepala lab atau kelompok riset dalam hal ini memegang tanggung jawab utama mengarahkan program riset (Tim LBE PREDICT-ITS, 2007). Pada dasarnya, aktivitas riset ini merupakan suatu proyek besar yang membutuhkan kerjasama dan tanggung jawab bersama oleh semua anggota tim – dosen dan mahasiswa. Sang kepala lab tidak perlu sendirian memeras otak dan membanting tulang untuk membimbing sekian banyak mahasiswa karena pembimbingan dapat dibuat berhirarki. Kepala lab cukup menangani mahasiswa S-3
dan/atau S-2 dengan bantuan staf dosen lainnya. Sementara mahasiswa S-3 dan S-2 bertugas membimbing sekaligus dibantu oleh mahasiswa S-1 dalam melaksanakan risetnya. Dari sini kelompok riset yang besar terbagi-bagi ke dalam kelompok kecil, masing-masing bertugas mengeroyok satu aspek kecil dari pohon penelitian yang telah terdefinisi. “Struktur organisasi” yang berjenjang seperti ini, disertai acara seminar mingguan sebagai sarana pemantauan
kemajuan – sangat mirip dengan yang dilakukan oleh para profesor pada berbagai universitas di Jepang – dipastikan dapat memberikan hasil riset yang komprehensif dan beragam bentuk luaran: kontribusi ilmiah yang signifikan, temuan yang siap dipatenkan atau diaplikasikan di industri, serta peningkatan kompetensi lulusan, yang menandakan ketercapaian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dengan PBL, dari satu pohon penelitian dijamin dapat dipetik banyak buahbuahan segar berupa makalah-makalah konferensi dan jurnal mulai tingkat lokal, nasional sampai internasional, paten, tugas akhir, tesis, disertasi, dan karya-karya ilmiah mahasiswa. Kedekatan antara dosen dan mahasiswa juga merupakan faktor yang tak boleh.

7. Penutup

Intinya adalah bahwa dengan perkembangan teknologi nirkabel yang begitu kilat, masih terbuka lebar kesempatan bagi peneliti Indonesia untuk turut memberikan kontribusi di dalamnya dan turut serta membangun Indonesia menjadi yang lebih maju dan lebih baik lagi.

Daftar Pustaka
Google .com

IP Agent (Shield Up) Untuk Memeriksa Kemanan Komputer Ketika Terhubung di Internet

Hacking dan keamanannya (security) adalah ibarat dua buah sisi mata uang logam yang nyaris tidak bisa dipisahkan dari dunia komputer dan internet. Bahkan, ironisnya, ada yang mengatakan bahwa keduanya merupakan dua objek yang ditakdirkan untuk harus saling melengkapi dan saling mengisi agar perkembangan teknologi jaringan komputer, baik itu intranet maupun internet, bisa tumbuh dan berkembang secara transparan dan alami. Dengan alasan itulah mengapa kemudian muncul semacam anjuran, khususnya kepada para pemerhati dan praktisi internet, agar dapat memberikan porsi yang seimbang ketika membahas masalah hacking dan keamanannya. Artinya, pada saat Anda membahas masalah hacking, maka akan lebih bijaksana jika onformasi itu juga seimbang dengan memberikan tips atau solusi untk mengatasi dan mengantisipasi serangan (gangguan) yang dilakukan oleh para hacker, cracker, dan phreaker.

Namun, sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, praktek atau kenyataan di lapangan ternyata masih jauh dari apa yang diharapkan. Tampaknya, derap langkah keduanya berjalan tak seirama. Sebagai bukti, mungkin Anda sendiri sudah bisa melihatnya langsung, bahwa di luar sana, baik itu media cetak maupun elektronik, masalah hacking-lah yang selalu mendapat prioritas utama pada setiap pemberitaan. Nah, atas dasar itulah mengapa saya mencoba mengangkat masalah security untuk menjadi topik bahasan utama.

Adapun utility yang akan kita manfaatkan nanti sebagai alat untuk memeriksa apakah komputer yang kita hubungkan ke internet sudah benar-benar aman atau tidak, adalah dengan menggunakan IP Agent, atau yang oleh pembuatnyadisebut Shield Up. Singkatnya, Shield Up atau IP Agent adalah sebuah utility yang berfungsi untuk menguji atau menganalisa protokol-protokol internet yang sedang aktif ketika komputer melakukan akses internet. JADI, Anda harus maklum bahwa program atau utility Shield Up hanya dikhususkan bagi pengguna (User) yang memiliki akses langsung ke internet, baik itu dari rumah atau warnet. Jika anda tertarik dan ingin mencobanya langsung di komputer anda, silahkan download program tersebut di http://www.grc.com

Perhatikan, pada saat Anda menjalankan program tersebut, dan kebetulan saat itu komputer Anda dalam keadaan terhubung ke internet, maka pesan yang muncul dari program tersebut adalah “Multiple Ips”.Namun, jika Anda menjalankannya dalam status offline, maka pesan yang ditampilkan adalah alamat IP local komputer Anda.

Tulisan atau pesan ,Multiple Ips menyiratkan pada kita bahwa ada dua buah alamat IP yang bisa diperiksa yaitu alamat IP lokal komputer kita dan alamat IP yang diberikan oleh ISP ketika kita melakukan proses dial-up. Jika Anda sudah benar-benar siap, maka mulailah dengan mengklik tombol Test My Shield pada posisi on-line kemudian tunggu sebentar hingga browser anda terbuka dan anda dibawa masuk ke dalam setver grc.com

Setelah browser Anda berhasil menampilkan alamat IP yang diperiksa, maka mulailah melakukan pemeriksaan. Kliklah salah satu dari kedua buah alamat IP tersebut di atas.

Jika sudah selesai, maka klik tombol back untuk kembali ke tampilan semula, kemudian lanjutkan dengan mengklik alamat IP provider atau ISP Anda. Pada tahap program ini Shield up akan memberikan dua buah pilihan paa Anda, yaitu Test My Shield dan Probe My Ports.

Jika Anda mengklik tombol Probe My Ports, dan program Shield Up tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan atau membahayakan pada saah satu protokol, maka seharusnya Shield Up Anda akan menuliskan pesan “There is NO EVIDENCE WHATSOEVER that a port (or even any computer) exist at this IP address!”.

sumber : Hacking dan Cara mengatasinya karangan Andi Yogyakarta