Senin, 11 April 2011

Identitas Web

Seorang pengguna Internet yang aktif biasanya memiliki lebih dari satu akun di berbagai layanan. Sebagai contoh, dia mungkin memiliki akun e-mail di Yahoo!, akun microblogging di Twitter, akun jaringan sosial di Friendster atau Facebook.

Ini hanya sebagian layanan internasional. Kita belum menghitung layanan lokal yang mulai bermunculan. Apabila dihitung secara keseluruhan, kita bisa saja memiliki sampai lebih 10 akun aktif.

OpenID konon akan memecahkan masalah ini. Bila sudah terdaftar pada situs yang mendukung OpenID sebagai penyedia (provider), kita dapat menggunakan identitas digital tersebut untuk situs lain yang bertindak sebagai penerima (consumer).

Alhasil, kalaupun identitas tunggal tidak dapat dicapai, paling tidak adopsi teknologi yang sudah dikembangkan sejak 2005 ini oleh situs-situs web akan mengurangi banyaknya akun yang harus dibuat.

Pada saat ini OpenID sudah diadopsi oleh situs-situs layanan web besar. Tidak tanggung-tanggung, situs besar seperti Yahoo!, Google, Windows Live, dan WordPress sudah mengumumkan dukungan terhadap OpenID.

Kritik terhadap OpenID

Meskipun sudah dikenal dan diadopsi oleh Google, Yahoo! dan Windows Live pada 2008, sampai saat ini OpenID relatif belum mendapat sambutan menggembirakan.

Raksasa web seperti Google dan Yahoo! memang sudah menyatakan dukungannya terhadap OpenID. Namun, pada praktiknya adopsi ini terbatas sebagai penyedia identitas digital saja, dan tidak sebagai penerima. Dengan kata lain, kita tidak dapat mendayagunakan OpenID dari penyedia lain. Sebagai contoh, pengguna Yahoo! tidak dapat menggunakan OpenID-nya buat Google Documents.

Selain itu, kemudahan pemakaian OpenID juga sering dikritik. Misalnya pada saat diluncurkan pembuatan OpenID di Yahoo! cukup merepotkan. Bentuk identitas digital yang lebih mirip alamat web (URL) juga sering membingungkan pengguna. Proses pendaftaran ke suatu situs yang menerima OpenID juga sering tidak mulus.

Facebook menawarkan pendekatan lain yang tumpang tindih dengan OpenID. Meskipun tidak sepenuhnya menggantikannya, kedua perusahaan ini bisa menjadi cara lain untuk lebih mudah menggunakan layanan web tanpa harus mendaftar terlebih dahulu.

Facebook Connect yang diluncurkan pada bulan Desember 2008 memungkinkan pengguna Facebook untuk memanfaatkan akun mereka di jaringan sosial tersebut di situs-situs lain. Sebagai contoh, salah satu situs favorit saya, Lifehacker.com, membolehkan pengunjung untuk memberikan komentar terhadap artikel-artikelnya dengan menggunakan akun Facebook. Ini memungkinkan pengunjung kasual meninggalkan komentar dengan mudah, tanpa harus melalui proses pembuatan akun terlebih dahulu.

Manfaat Facebook Connect tidak hanya sekadar menghindari proses pembuatan akun baru setiap menggunakan layanan web. Lewat Facebook Connect suatu penyedia layanan web juga dapat menarik informasi yang tersimpan di akun Facebook untuk diolah lebih lanjut.

Dibandingkan dengan OpenID, Facebook Connect punya satu kelebihan yaitu penonjolan pada aspek sosialnya. Buat Facebook Connect hal ini mungkin sudah jelas, karena penggunanya otomatis sudah terdaftar dalam suatu situs jaringan sosial. Dengan demikian interaksi antarpengguna akan lebih mudah difasilitasi.

Identitas digital dan privasi

Dibandingkan dengan OpenID, Facebook Connect jelas memiliki kemudahan. Namun, cara ini tidak bebas dari masalah. Kekhawatiran yang diajukan untuk Facebook Connect yang paling jelas adalah masalah privasi. Facebook menyimpan segunung informasi pribadi penggunanya. Dengan Facebook Connect kita harus memberikan kepercayaan pada Facebook bahwa informasi ini tidak akan dibagi oleh situs jaringan sosial ini kepada situs lain.

Sebenarnya Facebook menyediakan pilihan pengendalian privasi yang cukup lengkap buat penggunanya. Namun, tidak ada jaminan bahwa pengendalian privasi ini akan tetap bertahan. Selain itu terkadang pengguna juga tidak terlalu memperhatikan fitur pengendalian privasi ini dan "kebocoran" data pribadi bisa saja terjadi.

Dalam hal privasi ini secara teoretis OpenID lebih unggul, karena seorang pengguna dapat mempersiapkan penyedia identitas digitalnya sendiri. Kita tidak harus menyerahkan informasi pribadi untuk disimpan di layanan lain. Pada praktiknya tentu saja sebagian besar pengguna OpenID mendapatkan identitas OpenID dari penyedia layanan web yang sudah ada, seperti WordPress, Yahoo!, dan Blogger.

Sumber: Bisnis Indonesia

0 comments: